Oleh: Among Kurnia Ebo
Seharian kemarin saya
menemani teman-teman Lazismu dan MPM PC Muhammadyah Babad Lamongan, Jatim, di
bawah pimpinan Mas Eko Hijrahyanto Erkasi dan Edy Syahputro, yang lagi studi
banding model pemberdayaan agribisnis jamaah Muhammadyah khususnya yang berprofesi
sebagai petani di desa Gempol, Karangaanom, Klaten. Selaku tuan rumah yang
dikunjungi untuk studi banding ini adalah Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PD
Muhammadyah Klaten.
Model pemberdayaan petani
versi Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadyah adalah concern yang sudah
lama dirintis semenjak jaman Pak Said Tuhuleley (alm). Bahkan concern Pak Said
pada gerakan pemberdayakan masyarakat di tingkat terbawah khususnya para petani
melalui MPM inilah yang telah mengantarkannya memperoleh anugerah Doktor
Honoris Causa dari UMM Malang. Slogan "Selama Rakyat Masih Menderita Tidak
Ada Kata Istirahat" yang beliau canangkan seakan telah menjadi ruh gerakan
MPM PP Muhammadiyah hingga kini.
Tujuan dari 'Jihad Kedaulatan Pangan' adalah
mewujudkan kedaulatan pangan. Dalam hal ini, kesejahteraan petani sebagai
produsen pangan dapat meningkat dengan menghasilkan produk yang berkualitas
(halalan-thoyiban) dan diterima oleh pasar. Sejauh ini realitas kehidupan para
petani selama ini masih sangat memprihatinkan. Mereka berada pada struktur
sosial-ekonomi terbawah. Kondisi ini meniscayakan kehadiran para aktivis
Muhammadiyah untuk terjun ke sektor pertanian dan memberikan pendampingan agar
petani dapat berdaulat di negeri sendiri.
Salah satu pilot proyek yang
sudah dipandang berhasil (sebagai percontohan) adalah gerakan Tani Bangkit di
Gempol, Karanganom, Klaten. Gerakan yang diinisiasi oleh MEK PDM Klaten dan
Lazismu PP ini jumbuh dengan visi MPM PP yang telah mendeklarasikan pembentukan
JATAM (Jamaah Tani Muhammadyah) pada Maret 2018 guna masifikasi gerakan
pemberdayaan petani. Para petani Gempol sudah sejak beberapa tahun sebelumnya,
atas inisiatif sendiri, telah membentuk kelompok Tani Organik dalam wadah
Kelompok Tani yang dibentuk oleh Pemerintah Desa. Mereka fokus mengembangkan
pertanian organik, dengan varietas padi Rojolele.
Rojolele adalah varietas
padi unggulan dan khas Klaten yang konon dulunya adalah beras yang paling
disukai raja-raja Mataram. Varietas ini sangat istimewa terutama dalam hal rasa
yang pulen dan wangi.
"Dulu usia tanamnya
saja sampai 5 bulan lebih 20 hari. Oleh karena itu, varietas istimewa ini sudah
lama langka di pasaran karena para petani enggan menanamnya," terang Pak
Rahmadi pengurus Gapoktan. "Melihat potensi lokal ini, Pemkab Klaten bekerjasama
dengan BATAN telah melakukan upaya pemuliaan Rojolele. Dengan sentuhan
teknologi dari para ahli nuklir, usia tanam Rojolele dapat diperpendek menjadi
108 hari dengan tinggi tanaman yang normal, sama denganntanaman padi pada
umumnya," lanjutnya.
Gerakan Tani Bangkit
Muhammadiyah hadir di Gempol guna membantu pengembangan budidaya Rojolele
Organik. Bila sebelumnya di Gempol baru ada lahan padi organik seluas 5 hektar,
maka dengan program yang dibiayai oleh Lazismu PP ini akan terjadi penambahan luas
lahan 16 hektar. "Saat ini penambahan baru berjalan efektif 7
hektar," kata Pak Rahmadi.
"Full 100% organik ya.
Bukan hanya hasilnya. Tapi dari prosesnya hingga perlakuan akhirnya. Kita juga
sudah mendapat sertifikasi dari Lesos (Lembaga Sertifikasi Organik). Prosesnya
dulu sangat rumit. Monitoring dari Lesos juga rutin dilakukan. Tidak boleh ada
SOP yang salah, meski hanya satu." jelas Wahyudi Nasution, Ketua MEK
(Majelis Ekonomi Kewirausahaan) PDM Klaten yang juga anggota MPP (Majelis
Pemberdayaan Masyarakat) PP Muhammadyah, yang memandu dan menjamu para tamu
ini, baik saat rapat, makan siang, maupun di lahan dan gudang pengemasan.
Padi Rojolele yang
dihasilkan para petani JATAM di Klaten dikelola dengan manajemen yang rapi dan
terpadu sehingga standar kualitasnya dapat selalu dijaga. Pengemasannya pun
sudah memakai plastik dan mesin vacum sehingga beras akan awet sampai dua
tahun.
"Padi organik Rajalele
ini kami jual dalam kemasan kardus berisi 20 kg. Hargai mulai Rp 450.000 per
kardus, dan ada rabat/potongan harga untuk pembelian dalam jumlah banyak.
Sementara ini masih beredar di kalangan warga Muhammadyah. Kami berikan
apresiasi yang tinggi kepada Universitas Muhammadyah Yogyakarta yang sejak 8
bulan lalu telah membeli 5 ton per bulan untuk dosen dan karyawan di UMY.
Sinergi ini jelas sangat penting guna memberi semangat kepada para Petani JATAM
Gempol. Pembeli yang lain masih skala kecil, baik lewat koperasi maupun
personal," jelas Wahyudi, yang juga Direktur Utama pabrik konveksi jilbab
dan mukena travelling BUNDA Collection Klaten.
Pada pertemuan kemarin,
terjadi tanya-jawab menarik antara tamu dari Babat dengan para Pengurus
Gapoktan. Salah satunya adalah pertanyaan, "Bagaimana cara menanam padi
organik di lahan tadah hujan seperti di Babat?" Pak Dadi, salah satu
Pengurus Gapoktan, menjawab dengan yakin karena pernah mencobanya. Dia menanam
padi di lahan tadah hujan dengan trik khusus, dan ternyata berhasil.
"Ternyata padi justru
bagus dikembangkan di lahan yang tak terlalu melimpah airnya," kata Pak
Dadi.
Pertanyaan lain yang
mengemuka adalah," Dari kita harus memulai pertanian organik?"
Pak Satibi, pengurus senior
Gapoktan pun menjawab, "Yang penting ada niat dulu dari beberapa orang
yang siap memulai sebagai pelopor. Tidak harus banyak. Beberapa orang itu
membentuk lembaga, ada oengurus dan ada pembagian kerja. Lalu mau mempelajari
SOP Organik dan mempraktekkan dengan sungguh-sungguh."
"Model ini sudah mulai
merambah beberapa daerah. Kalau yang melakukan studi banding dan magang di
Gempol sudah ada ratusan orang. Tapi yang mempraktekkan langsung baru beberapa
daerah," imbuh Pak Rahmadi.
Capek tapi seneng. Itu yang
saya rasakan. Entahlah, kalau ada program-program Muhammadyah yang positif,
produktif, dan bervisi pemberdayaan jamaah, saya berasa antusias, bersemangat
sekali menjalaninya. Saya sendiri berharap keberadaan JATAM ini akan menjadi
salah satu amal usaha Muhammadyah unggulan di masa depan, yang langsung
menyentuh lapis kehidupan masyarakat terbawah.
"Kita ingin
kesejahteraannya meningkat. Cara budidayanya juga terukur dan benar. Sehingga
pasar akan dengan senang hati menerima dengan harga yang pantas. Selama ini
petani cenderung asal dalam budidaya dan hasilnya pun bakbuk, impas. Ini yang
ingin kita terobos. Dengan sinergi bersama Lazizmu dan pihak kampus, saya
optimis program idealis ini akan berhasil," jelas Wahyudi saat menjamu
tamunya di warung tengkleng Pak Kamto Jatinom yang legendaris itu.
Islam Agamaku
Muhammadyah Gerakanku
Aku Bangga Jadi Warga
Muhammadyah
Sumber: FB Wahyudi Nasution

