Inspirasi Pejuang Dakwah dari Kampung ‘Warmon Kokoda’ Sorong Papua Barat


Ruang rapat Lembaga Pengembangan Cabang dan Rantung (LPCR) PP Muhammadiyah kedatangan tamu mulia putra asli Papua yaitu Ustadz Samsuddin Namugur. Beliau sehari-harinya merupakan Kepala Desa sekaligus Ketua Ranting Muhammadiyah Kokoda. Beliau ke Yogyakarta dalam rangka menyekolahkan 10 anak asli Kokoda untuk sekolah di pesantren dan kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Diharapkan setelah mereka lulus kembali ke Papua dan jadi kader persyarikatan Muhammadiyah dan mampu mengemban tugas dakwah di Papua.



Warga Kampung Kokoda di Sorong ini sebenarnya berasal dari suku Namugur di pedalaman Papua. Kesadaran ingin memperoleh pendidikan yang lebih baik dan kesadaran untuk hidup yang bermartabat mendorong mereka untuk merantau dan tinggal di dekat Sorong Papua. Karena aslinya mereka tinggal secara berpindah-pindah maka ketika sampai didekat sorong mereka membangun tempat tinggal seadanya dan menempati tanah negara yang tidak digunakan.


Setelah tinggal beberapa lama di tanah tersebut ternyata tempat tinggal mereka harus digusur karena dibangun pasar. Jadilah mereka kehilangan tempat tinggal dan hidup susah. Alhamdulillah Muhammadiyah dipimpim Ustadz Said Tuhulele dan team (MPM) berhasil membelikan tanah seluas dua hektar dan membantu membangunkan tempat tinggal mereka.

Allahuyarhamhu Ust Said Tuhulele, Ust. Muda dan sekretaris MPM PP Muhammadiyah, Gus Bachtiar dan tim secara sungguh-sunnguh menjadikan Warmon Kokoda sebagai kampung yang berdaya. Tidak hanya sekolah yang dipikirkan namun juga upaya agar warga Muhammadiyah di tempat ini semakin maju dan berdaya. Dari kerja keras MPM inilah maka akhirnya Muhammadiyah disambut hangat oleh warga Warmon Kokoda bahkan akhirnya seluruh warganya menjadi Muhammadiyah dan lahirlah PRM. Warmon Kokoda.

Ust Samsuddin Namugur pada awalnya tidak mau merima Muhammadiyah. Dia menganggap, ikut Muhammadiyah akan menjadi firqoh-firqoh dan semakin mempertajam konflik masalah khilafiyah. Ayah kandung Ustadz Samsudin bahkan lebih dulu menerima Islam yg dikenalkan oleh Muhammadiyah.


Namun ayahnya berpesan "Anakku Samsudin, cukuplah ayahmu ini yang mengalami penderitaan, ikutlah Muhammadiyah insyaAllah hidupmu akan bernilai.” Sebagai alumni Tembarak dan UIN Sunan Ampel Surabaya, Samsuddin muda sangat sulit menerima dakwah Muhammadiyah, namun akhirnya setelah nerenungkan pesan ayahnya dan setelah melihat Muhammadiyah selalu memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi warga Kokoda akhirnya secara pelan dan bertahap menerima Muhammadiyah.

Di tempat atau di kampung baru inilah Muhammadiyah dengan dipelopori STIKIP Muhammadiyah Sorong (skrg Menjadi UNIMUDA) juga PTM yang lain khususnya UMY didirikan SD, SMP dan SMA Muhammadiyah. Putra Ust Samsudin merupakan alumni angkatan pertama. Ust Samsuddin menceritakan dengan bangga dan penuh syukur mengenal dan menjadi warga Muhammadiyah.

Ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah ayahanda DR. Haedar Nashir dan Ketua Umum PP Aisyiyah Nyai Noorjannah Djohantini mengunjungi PRM Kokoda sekaligus meresmikan sekolah Muhammadiyah di PRM Kokoda. Di depan Pak Haedar dan Bu Noorjannah, Ustadz Samsuddin mengatakan, “ ....di Yogya sebagai pusatnya Muhammadiyah, tidak ada satu desa/kelurahan yang warganya 100% Muhammadiyah. Hanya di kampung/desa Kokoda yang warganya benar-benar 100 % Muhammadiyah,” ungkap Samsuddin.

Ditulis : Muhammad Jamaludin Ahmad,
Wakil ketua LPCR PP Muhammadiyah
Diedit seperlunya oleh Redaksi Muhammadiyah Online

Klik untuk Komentar