Ada lima pilar penting yang menguatkan mutu sebuah
perguruan tinggi. Yakni sinergi antara pengelola dan penyelenggaran pendidikan,
keorganisasian, tata kelola, kepemimpinan dan penjaminan mutu. Kelima hal
tersebut harus dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan tinggi agar terus
berkembang dan semakin maju.
“UMM telah menjadi salah satu perguruan tinggi yang
bermutu,” puji Ir. Desiana Vidayanti M.T, Tim Pengembangan Sistem Penjaminan
Mutu Internal (SPMI) Ristekdikti. Menurutnya, UMM menjadi salah satu contoh
universitas swasta yang mapan dalam sistem pengelolaan pelayanan pendidikannya.
Pada Rabu (28/8) siang, UMM bekerjasama dengan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
(Kemristekdikti) menggelar Sinkronisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal dan
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (IAPT 3.0 dan IAPS 4.0) di Ruang Sidang Senat
(RSS) Kampus III, Kampus Putih UMM.
Bila kelima pilar tersebut tidak diterapkan, menurut
Desiana di hadapan 17 Universitas swasta Jawa Timur, bisa saja akan terhambat
pertumbuhannya. Ia kemudian mencontohkan pada bidang keorganisasian. Dalam
struktur organisasi harus ada kepemahaman dan kejelasan masing-masing tugas
yang diemban.
Mutu, lanjut Desiana, menjadi elemen yang sangat penting.
Mutu yang menentukan suatu PT akan berlanjut dan berusia panjang atau tidak.
“Jika mutu tidak dicek dan dijaga secara berkala, maka hampir dipastikan mutu
yang dimiliki juga tidak akan terkontrol,” ungkap Desiana, dosen Universitas
Mercubuana Jakarta ini.
Jika perguruan tinggi tidak menaruh perhatian pada
penjaminan mutu, selain merugikan perguruan tinggi sendiri, juga dapat
merugikan mahasiswanya. Dalam pelaksanaannya, perguruan tinggi diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014, tentang penyelenggaraan pendidikan
tinggi dan pengelolaan pendidikan tinggi.
Bagi Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd, pendekatan SPMI itu
dimulai dari perubahan mindset. Bilamana mindset yang dimiliki belum baik, yang
akan dikerjakan pun akan kurang baik. Perguruan Tinggi bertugas untuk membangun
kepercayaan pada masing-masing pihak (stakeholder) melalui penjaminan mutu
perguran tinggi.
“Pelayanan yang diberikan juga tentu harus terjamin. Hal
tersebut sangat mempengaruhi kepercayaan stakeholder maupun para mahasiswa dan
circle sosialnya,” kata Fauzan. Selain Desiana, pertemuan ini juga turut
menghadirkan Ir. Bambang Suryoatmono, Ph.D yang juga dari Tim Pengembangan
SPMI. (mir/can)
Sumber:
umm.ac.id