Allahuyarham pak AR Fachruddin berulang-ulang menyatakan
bahwa pengajian adalah ruh-nya Muhammadiyah. Tanpa pengajian, Muhammadiyah
ibarat jasad yang sudah tak bernyawa. Betapapun hebatnya seseorang, bila
nyawanya sudah tak ada, ia hanyalah mayat yang tidak lagi mampu memberikan
kemanfaatan bagi orang lain. Ia menjadi tanggungjawab orang lain untuk
memandikan, menshalatkan dan menguburkan. Demikian halnya dengan Muhammadiyah,
bila tanpa pengajian, ia kehilangan kemampuan memberikan kemanfaatan bagi
ummat, bahkan menjadi beban. Menurut pengamatan saya, orang-orang yang sering
bermasalah dalam Muhammadiyah, apakah di amal usaha atau persyarikatan, bila
ditelusuri, ternyata kebanyakan bukanlah orang yang ahli mengaji.
KHA Dahlan mengawali geraknya melalui
pengajian-pengajian. Beliau senantiasa mencari peluang untuk mengisi pengajian
dan menggerakkan pengajian. Sejarah mencatat banyak pengajian-pengajian yang
digerakkan KHA Dahlan, seperti: Qismul Arqa’, Fathul Asrar wa Miftahus Sa’adah,
Wal ‘Ashri, Pengajian Malam Jum’at, Sapatresna, dll. Dari pengajian-pengajian
tersebut muncul kader-kader dakwah yang luar biasa, yang menyebarluaskan
Muhammadiyah ke segala penjuru Nusantara.
Tentu pendiri dan para pemimpin Muhammadiyah terdahulu
mempunyai alasan yang kuat kenapa menempatkan pengajian sebagi inti gerakan.
Kita bisa melacak alur pemikiran mereka dengan mempelajari kaidah-kaidah
perjuangan Muhammadiyah yang mereka rumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, MKCH, Kebribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah,
Visi dan Misi Muhammadiyah dan lain-lain.
Dalam Kepribadian Muhammadiyah, Muhammadiyah diberi
pengertian sebagai Gerakan Islam yang maksud geraknya adalah Dakwah Islam Amar
Makruf Nahi Mungkar. Pengertian ini diaktualisasikan dalam misi Muhammadiyah:
menegakkan keyakinan tauhid yang murni, menyebarluaskan ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah; dan mewujudkan amal islami dalam
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Berbagai amal usaha yang dibentuk Muhammadiyah,
sesungguhnyalah untuk menjalankan misi tersebut. Melalui bidang pendidikan,
didirikanlah Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, Sekolah Dasar dan
Menengah, pondok pesantren, serta Perguruan Tinggi, di dalamnya dilaksanakan
pengajaran dan pendidikan agama secara terstruktur dengan kurikulum yang jelas.
Melalui bidang kesehatan, didirikanlah poliklinik, rumah bersalin, rumahsakit
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang Islami, dan menggembirakan orang untuk
beragama Islam dengan baik. Melalui bidang kesejahteraan, didirikanlah panti
asuhan anak yatim, dll.
Melalui pendidikan formal, kita bisa menyebarluaskan
ajaran Islam untuk waktu yang agak panjang sesuai masa pendidikannya. Melalui
Panti Asuhan, kita juga bisa melakukannya untuk batas waktu tertentu selagi
anak dalam masa pengasuhan. Melalui rumahsakit, waktunya lebih terbatas lagi.
Semua amal usaha tersebut penting, tetapi kita tidak mungkin mengajak para
siswa dan mahasiswa Muhammadiyah sepanjang hayat belajar di sekolah atau
perguruan tingginya masing-masing. Pada waktunya mereka akan lulus dan keluar
dari perguruan Muhammadiyah. Demikian halnya di rumahsakit, tidak mungkin kita
minta pasien untuk tinggal terus di rumahsakit. Lantas bagaimana setelah mereka
lulus sekolah, selesai diasuh atau selesai dirawat? Bagaimana pula yang tidak
bersekolah di sekolah Muhammadiyah, tidak diasuh di panti asuhan Muhammadiyah,
atau tidak dirawat di RS Muhammadiyah? Di sinilah urgensinya pengajian!
Pengajian adalah media paling pas bagi ummat Islam untuk
belajar sepanjang hayat tanpa batas waktu. Melalui pengajian pula kehidupan
berjama’ah bisa diamalkan. Dan melalui pengajian pula fungsi Muhammadiyah untuk
mengantarkan ummat Islam ke gerbang surga jannatun na’iem dapat dilaksanakan.
Berada dalam Jama’ah Pengajian Muhammadiyah menjamin kita tetap berada dalam
Orbit Gerakan Muhammadiyah.
Perkembangan Gerakan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan
dari pengajian. Kaidah-kaidah persyarikatan menjadikan pengajian menjadi inti
gerakan. Ranting Muhammadiyah berdiri dengan syarat minimal memiliki amal usaha
pengajian anggota, pengajian umum, dan jama’ah. Demikian pula untuk level
kepemimpinan cabang, daerah, dan wilayah, mensyaratkan memiliki amal usaha
pengajian pimpinan dan pengajian muballigh.
Pengajian anggota merupakan bagian dari sistem pembinaan
anggota. Tujuannya memberikan pengajaran dan bimbingan kepada anggota agar
menjadi muslim yang taat, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar
sesuai dengan yang dipahami Muhammadiyah, dan mampu menjadi subyek dakwah.
Kewajiban ranting menyelenggarakan Pengajian Anggota mengisyaratkan semua
anggota harus mengaji, meningkatkan pemahaman agama, dan senantiasa berada
dalam jama’ah. Ini juga berarti bahwa menjadi Anggota Muhammadiyah adalah teken
kontrak untuk menjadi muslim yang baik dan senantiasa menjadi lebih baik.
Apakah anda sudah rutin mengikuti Pengajian Anggota?
Alhamdulillah bila jawaban anda “ya”. Tetapi bila belum, sebagai Anggota
Muhammadiyah anda berkewajiban segera bergabung dalam Pengajian Anggota yang
ada dalam ranting anda. Bila di ranting anda belum diselenggarakan, segeralah
bergerak menghubungi Pimpinan Ranting dan anggota-anggota yang ada di sekitar
anda, ajaklah mereka mengaji. Anda lah penggeraknya.
Baca Juga : 10 Kepribadian Muhammadiyah
Pengajian Umum, di samping merupakan bagian dari sistem
pembinaan anggota juga menjadi bagian dari sistem dakwah Muhammadiyah kepada
para simpatisan. Pengajian ini menjadi media Muhammadiyah untuk melaksanakan
misi menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
kepada masyarakat umum. Anggota Muhammadiyah sebagai inti anggota pengajian dan
masyarakat umum sebagai sasaran dakwah Muhammadiyah. Kewajiban ranting
menyelenggarakan pengajian umum mengindikasikan bahwa sasaran dakwah Muhammadiyah
haruslah senantiasa diperluas di kalangan masyarakat umum, sehingga makin hari
makin banyak masyarakat umum yang menerima dakwah Islam. Sebagai Anggota
Muhammadiyah tugas kita adalah memasarkan dan merekrut sebanyak-banyaknya
orang-orang yang anda kenal untuk mengikuti pengajian ini.
Kalau kita telusuri dengan teliti, ternyata tugas utama
Anggota Muhammadiyah adalah mengaji dan mengajak orang mengaji. Tugas mengaji
diperlukan untuk keperluan pembinaan diri agar dari hari kehari agar tauhidnya
tambah murni dan kuat, pemahaman agamanya semakin luas dan mendalam, dan
perwujudan amal islaminya dalam kehidupan pribadi dan keluarganya semakin
mantap. Sedangkan tugas mengajak orang mengaji, merupakan aktualisasi
pelaksanaan dakwah yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh semua Anggota
Muhammadiyah.
Bayangkan, apabila semua Anggota Muhammadiyah mengaji,
dan masing-masing dapat mengajak minimal seorang simpatisan dalam sebulan, maka
dalam sebulan saja jumlah peserta pengajian Muhammadiyah akan menjadi 2 kali lipat!
Betapa dahsyatnya!
Wallahu ‘Alam
dr. H. Agus Sukaca, M.Kes.
Sumber: muhammadiyah.or.id