Cianjur -
Bilik bambu bagian belakang rumah sudah terlihat getas. Sebagian kayu penyangga
berwarna cokelat tua itu terkikis rayap.
Untuk ukuran usia, rumah milik Ibu Enen pantas tak layak huni. Hampir separuh
usia dirinya. Berbilik ringkih dengan rona dasar cat yang terus memudar.
Kamar mandi letaknya
terpisah dengan tempat melepas hajat. Timba katrol yang tergelantung di atas
sumur menandakan belum ada instalasi air mesin pompa di rumah bilik itu.
Sesederhana perangai ibu Enen yang tetap mensyukuri hunian sederhana miliknya
selama ini. Usianya menginjak 54 tahun. Hidupnya bersahaja dalam mengarungi
sisa usianya.
Dia tinggal di Kampung
Pawenang, Kelurahan Muka, Cianjur, Jawa Barat. Memiliki tiga orang anak. Anak
yang pertama dan kedua sudah mentas. Saat ini ia ditemani anaknya yang ragil
sehari-hari.
Akhir Agustus kali ini,
Lazismu berkesempatan datang ke rumahmya. Disambut hangat Ratna anak
terakhirnya. Di teras, ibu Enen kembali datang menyambut. Wajahnya berseri
karena kedatangan tamu dari Lazismu.
Lazismu datang membawa pesan
dari muzaki dan donatur dalam program bedah rumah. Sebuah program berbagi yang
diinisiasi untuk duafa yang hidup dalam keterbatasan hunian. Ibu Enen salah
seeorang penerima manfaatnya pada gilirannya ini. Impian lama yang dinanti
tiba. Dia ingin rumahnya bisa diperbaiki. Entah dengan cara apa dan dari mana
biayanya, dia sendiri tidak tahu.
Nasib orang siapa menyangka.
Doanya terkabul. Lazismu memenuhi impiannya itu bersama dengan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya, inisiasi kementerian PUPR. Berarti rumah biliknya segera
tergantikan dengan rumah yang baru.
Putri terakhir perempuannya
mengatakan kepada Lazismu, pada Juli lalu, tahap pertama pembongkaran rumah
dilakukan oleh PUPR. Setelah dibongkar, tahap pembangunan dimulai.
"Lantai, atap dan dinding berdiri dengan dua kamar,sebagian belum
diaci," katanya pada Jumat (30/8/2019).
Baru ini saja ibu dan saya
sudah bahagia sekali, sambungnya. Syukur alhamdulillah Agustus sudah selesai.
Selebihnya untuk interior dan kelengkapan lainnya diserahkan kepada pemilik
rumah, kata Ratna.
Meski menyisakan PR, bagi
Ratna dan ibunya sudah lebih dari cukup, karena tak mungkin rumah baru ini
berdiri tanpa bantuan pihak lain. Bulan Agustus sungguh memerdekan bagi
keluarga ini, pasalnya Lazismu juga akan mrmbantu memenuhi bagian rumah yang
belum dikerjakan.
Ratna menambahkan, Lazismu
memberikan bantuan pengalian sumur mesin pompa, dapur dan kamar mandi. Lazismu
juga langsung menyaksikan pengeboran tanahnya persis di depan rumahnya sebelah
kanan.
Manager Program Lazismu,
Falhan Nian Akbar, turut bahagia. Hari itu juga bisa menyaksikan rumah baru Ibu
Enen telah berdiri. "Semangat ibu Enen luar biasa bersama Ratna mampu
bertahan di tengah keterbatasannya," pungkasnya.
Falhan mengatakan,
sehari-hari Ibu Enen berjualan buah pisang. Memanfaatkan sisa tanah depan
rumahnya dengan bilik kecil. Dari sinilah dia menghidupi keluarga selepas
berpisah dari suaminya.
Ibu Enen sendiri berjualan
buah pisang lebih dari sepuluh tahun. Falhan menilai, Ibu Enen sudah
sepantasnya dibantu untuk menerima program ini. Lazismu sudah memenuhi
impiannya. "Apa yang telah dimanahi oleh muzaki dan donatur sudah
disampaikan sasaran tepat penerima manfaatnya. Semoga ada rumah-rumah
berikutnya yang dapat Lazismu berikan manfaatnya dari program ini," tandas
Falhan.
Ratna dan ibunya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu termasuk donatur Lazismu.
Dengan mata berkaca-kaca Ibu Enen tak mampu menahan sedih dan bahagia.
"Ibu tak sanggup akan kwnyataan ini dengan rumah yg sudah layak dihuni
dibandingkan sebelumnya. Sekali lagi terima kasih Lazismu," tutupnya
dengan nada lirih.
Sumber: muhammadiyah.or.id